
Kelangkaan BBM di Bengkulu: Warga Mengeluh, SPBU Kosong, Harga Eceran Melonjak
Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) kembali terjadi di sejumlah wilayah Bengkulu, termasuk Rejang Lebong. Sejak Selasa (11/11/2025), antrean kendaraan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tampak mengular. Beberapa SPBU kehabisan stok pertalite, solar, bahkan seluruh jenis BBM. Warga mengaku kesulitan mencari BBM dan terpaksa membeli eceran dengan harga mahal.
Berdasarkan pantauan di lapangan sejak Senin (10/11/2025), sejumlah SPBU di Rejang Lebong mengalami kekosongan stok untuk beberapa jenis BBM. Ada SPBU yang hanya kehabisan pertalite, ada pula yang kosong pertalite dan solar sekaligus, bahkan ada yang benar-benar tidak memiliki stok sama sekali. Antrean panjang pun tak terelakkan di SPBU yang baru saja mendapatkan pasokan BBM. Namun, karena distribusi stok tidak merata dan datang tidak serentak, masih banyak SPBU yang belum bisa melayani pembelian bahan bakar.
Salah seorang warga Curup, Joko (32), mengaku sudah dua hari kesulitan mendapatkan BBM jenis pertalite. Ia bahkan terpaksa membeli bensin eceran dengan harga lebih mahal karena stok di SPBU selalu habis. “Sudah dua hari saya muter-muter nyari BBM, tapi di SPBU semua kosong. Akhirnya beli eceran, meski harganya berbedanya, karena beli Pertamax saja antre pak,” keluh Joko.
Hal senada disampaikan oleh Rendi (29), yang mengatakan dirinya bahkan harus antre cukup lama hanya untuk membeli pertamax. Ia berharap pemerintah bisa mencarikan solusi untuk permasalahan ini. “Pertalite susah, mau nggak mau antre pertamax, itu pun lama banget baru bisa isi, panjang antrean,” ujarnya.
Masyarakat berharap agar pasokan BBM segera kembali normal agar aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Terutama bagi mereka yang bergantung pada kendaraan untuk bekerja. "Semoga ada solusinya pak," ucap warga lainnya, Adi (30).
Sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Rejang Lebong, Iptu Reno Wijaya, melalui Kanit Tipidter, Ipda Agus Mengku Haryono, SH, membenarkan adanya kekosongan stok BBM, terutama jenis pertalite. Kelangkaan ini bukan disebabkan oleh pemutusan pasokan, melainkan adanya pengurangan kuota. Juga karena adanya informasi stok sedang kosong, membuat sejumlah masyarakat khawatir tak mendapatkan BBM. Inilah yang diduga memicu antrean cukup panjang di sejumlah SPBU.
“Biasanya jatah kita sekitar 16 ton, sekarang hanya 8 ton saja, bukan putus ya, tapi memang ada pengurangan,” tutupnya.
Bengkulu Krisis BBM
Sebelumnya diberitakan, antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU di Kota Bengkulu dalam beberapa hari terakhir menyebabkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di tingkat eceran. Akibat kondisi ini, harga BBM eceran jenis Pertalite melonjak tajam hingga mencapai Rp15.000 per liter.
Fenomena antrean panjang di SPBU tampak jelas di beberapa titik utama Kota Bengkulu. Berdasarkan pantauan pada Sabtu (8/11/2025), antrean kendaraan terlihat padat di SPBU Bumiayu, SPBU KM 8, SPBU KM 6,5, hingga SPBU Tanah Patah. Panjang antrean bahkan meluas hingga ke bahu jalan, menimbulkan kemacetan di sekitar lokasi.
Sejumlah pengendara rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan BBM, sementara sebagian lainnya memilih menyerah dan beralih membeli BBM eceran. Kenaikan harga di tingkat eceran menjadi topik hangat di kalangan warga. Sebelumnya, harga BBM eceran jenis Pertalite hanya berada di kisaran Rp12.000 hingga Rp13.000 per liter. Kini, para pedagang menaikkan harga menjadi Rp15.000 per liter dengan alasan sulitnya memperoleh stok akibat antrean panjang di SPBU.
“Harganya sudah Rp15 ribu per liter, bang. Kami juga kesulitan dapatnya di SPBU,” ungkap Yeyen, salah satu penjual BBM eceran di kawasan Gading Cempaka, saat ditemui Sabtu (8/11/2025). Yeyen mengaku baru menaikkan harga sehari sebelumnya karena stok di SPBU menipis dan dirinya harus antre berjam-jam untuk mendapatkan pasokan.
“Antrean panjang banget. Kadang saya antre dua jam, tapi pas sampai giliran malah habis. Kalau nggak naik harga, ya rugi,” kata Yeyen.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi serupa terjadi di berbagai titik lain. Banyak pom mini menempelkan tulisan kosong atau habis di depan mesin penjualannya. Hanya segelintir kios yang masih menjual BBM dengan harga tinggi. Para pengendara yang tidak ingin membuang waktu di antrean terpaksa membeli di harga tersebut.
Salah satunya, Hendra, seorang warga yang sedang membeli BBM eceran, mengatakan antrean panjang di SPBU Bengkulu menjadi kendala utama dalam menjalani aktivitas harian. Ia mengaku sudah mencoba beberapa SPBU, namun selalu mendapati antrean mengular.
“Kalau antre di SPBU bisa lebih dari satu jam, kadang malah nggak kebagian. Jadi lebih baik isi eceran meskipun mahal,” kata Hendra. Menurutnya, selisih harga Rp5.000 per liter bukan hal kecil, tetapi waktu yang terbuang di antrean jauh lebih merugikan.
“Kita kan mau kerja, bukan mau nunggu terus di pom. Jadi ya terpaksa isi eceran saja,” ujar Hendra. Ia berharap agar kondisi ini segera ditangani oleh pihak terkait agar tidak semakin parah seperti kejadian serupa sebelumnya.
Pertamina Akui Terlambat Pasok
Pertamina akhirnya mengakui adanya keterlambatan suplai bahan bakar minyak (BBM) ke Bengkulu yang memicu antrean panjang di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, perusahaan pelat merah itu tidak menyampaikan permintaan maaf, dan menyebut keterlambatan terjadi akibat cuaca buruk yang menghambat kedatangan kapal pengangkut BBM ke Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Kondisi ini berdampak pada proses distribusi BBM yang semestinya berjalan lancar melalui Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Sales Branch Manager (SBM) Pertamina Bengkulu, Rifqi Maimun, menjelaskan bahwa jadwal kedatangan kapal pengangkut BBM mengalami kemunduran sekitar dua hari dari jadwal seharusnya. Perubahan jadwal ini terjadi di luar kendali Pertamina karena faktor cuaca di wilayah pelayaran, yang menyebabkan pengiriman tidak dapat dilakukan sesuai rute dan waktu yang direncanakan.
“Jadwalnya mundur sekitar dua hari yang sebetulnya mulainya di tanggal 3–4 November 2025, makanya kita alihkan ke rute Lubuklinggau. Itulah yang menyebabkan adanya keterlambatan dan membuat beberapa SPBU terlambat disuplai,” ungkap Rifqi, Sabtu (8/10/2025).
Dalam keterangannya, Rifqi menegaskan bahwa suplai BBM Bengkulu sebenarnya tidak mengalami penurunan jumlah. Namun karena suplai utama yang biasanya datang melalui Pelabuhan Pulau Baai harus dialihkan sementara melalui Terminal BBM Lubuklinggau menggunakan jalur darat, proses distribusi menuju SPBU di Bengkulu menjadi lebih lama.
“Sementara kita masih lewat Lubuklinggau sampai estimasi kapal akan datang pada dini hari nanti. Mudah-mudahan besok sudah dari Pulau Baai semua,” ujar Rifqi.
Gubernur Minta Pertamina Minta Maaf
Sementara itu, Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, meminta Pertamina lebih terbuka dalam menyampaikan informasi terkait stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah Bengkulu. Permintaan itu disampaikan Gubernur Helmi saat rapat Forkopimda yang digelar di Balai Semarak Bengkulu, Sabtu (8/11/2025) malam.
Helmi menilai, keterbukaan informasi sangat penting karena krisis BBM bukan pertama kali terjadi di Bengkulu. Ia mengingatkan, beberapa bulan lalu situasi serupa juga sempat terjadi, meski saat itu Pertamina memastikan stok BBM dalam kondisi aman. Namun, menurut Helmi, belakangan diketahui terbatasnya pasokan BBM disebabkan pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai yang menghambat proses distribusi.
Ia menyayangkan karena pada kejadian terbaru ini tidak ada koordinasi maupun pemberitahuan dari Pertamina mengenai kendala pengiriman BBM. “Kita belajar dari kejadian hari ini, tentu Pertamina tahu persis dari pada kita (Forkopimda, red), sebelum itu terjadi (krisis BBM, red) tolong betul informasinya,” ungkap Helmi dalam Rapat Forkopimda, di Balai Semarak Bengkulu, Sabtu (8/11/2025).
“Dan informasi itu juga disampaikan permohonan maaf kepada masyarakat luas, akan terjadi A, B, C, D (keterlambatan pengiriman Stok BBM, red) soal kapal tadi,” lanjut Helmi.
Dengan adanya keterbukaan informasi dari Pertamina, Pemerintah Provinsi Bengkulu dapat mempersiapkan langkah antisipasi jika terjadi keterlambatan pengiriman stok BBM ke daerah. Selain itu, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) juga dapat menyiapkan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan.
Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan, kata Helmi, adalah penerapan kerja dari rumah (work from home/WFH) bagi instansi pemerintah. Langkah tersebut diharapkan dapat memastikan ketersediaan BBM di Bengkulu tetap diprioritaskan untuk kebutuhan masyarakat umum.
“Kita bisa bersiap-siap, apakah nanti kita WFH, BBM diperuntukan untuk masyarakat luas, seperti Ojek online yang membutuhkan BBM,” jelas Helmi.
Berkomentarlah dengan bijak, bagi yang memberikan link aktif akan langsung hapus. Terima Kasih