Piyan, Anak Tukang Ojek yang Sukses di Pertambangan Internasional usai S2 di ITB

Erlita Irmania
0
Piyan, Anak Tukang Ojek yang Sukses di Pertambangan Internasional usai S2 di ITB

Kehidupan Piyan Rahmadi: Dari Keluarga Sederhana ke Pekerjaan di Perusahaan Nikel Internasional

Piyan Rahmadi adalah contoh nyata dari seseorang yang berhasil meraih mimpi melalui perjuangan dan ketekunan. Ia lahir dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, ayahnya bekerja sebagai tukang ojek di Bandung, sedangkan ibunya membuka warung kecil di rumah. Meski begitu, Piyan tidak pernah menyerah pada kondisi hidupnya. Baginya, menamatkan pendidikan hingga SMA sudah merupakan pencapaian besar, namun ia percaya bahwa kuliah adalah kunci menuju kesuksesan.

Awal Perjalanan Menuju Kesuksesan

Motivasi Piyan muncul sejak ia duduk di kelas dua SMA. Ia terinspirasi oleh cerita ibunya tentang tetangga yang berhasil masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan pertambangan. Bayangan kuliah di ITB tertanam kuat dalam pikirannya. Saat kelas tiga, ia giat mencari informasi mengenai Beasiswa Bidikmisi yang disediakan oleh guru. Kombinasi antara nilai akademik yang unggul dan informasi yang tepat sasaran membuatnya berhasil mengamankan satu kursi S1 Teknik Metalurgi di ITB.

Setelah lulus S1, Piyan bertekad untuk melanjutkan studi ke jenjang S2. Ia berhasil mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan studi di Central South University (CSU) di Tiongkok. Minatnya terhadap isu energi baru dan terbarukan muncul saat menulis skripsi tentang lithium battery sebagai komponen penting mobil listrik. Ia cukup banyak membaca tentang energi terbarukan seperti lithium cobalt oxide dan nickel cobalt manganese oxide, yang menjadi dasar minatnya terhadap baterai listrik, terutama untuk mobil listrik.

Menghadapi Tantangan di Luar Negeri

Perjalanan Piyan di Tiongkok penuh tantangan. Bahasa, budaya, dan makanan yang jauh dari kebiasaan menjadi hal yang harus ia hadapi. “Kebanyakan orang di sana hanya bisa bahasa Mandarin. Saya harus belajar menyesuaikan diri,” ujarnya. Ketika pandemi COVID-19 meledak, ia dan mahasiswa Indonesia lainnya dipulangkan. Studi bergeser ke pembelajaran daring dari Indonesia, dan Piyan menyelesaikan tesisnya dengan penelitian di PT QMB Morowali, sebuah perusahaan hasil kerja sama Indonesia-Tiongkok yang menjadi pionir teknologi HPAL di Tanah Air.

Awalnya, Piyan magang sambil menyelesaikan tesis tentang kehilangan besi dan aluminium pada proses pelindian. Laboratorium saat itu masih terbatas, alat analisis harus dikirim ke IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park), menunggu hasil berhari-hari. Namun, kesabaran dan kerja keras terbayar dengan ia lulus tepat waktu. Bahkan, setelah lulus langsung bisa bekerja di perusahaan tersebut.

Karier di PT QMB Morowali

Tidak lama setelah wisuda, Piyan resmi bergabung dengan PT QMB Morowali dan memulai karier dari posisi paling dasar. “Awalnya saya di area Thickener, lalu pindah ke R&D, sekarang jadi supervisor di proses HPAL,” katanya. Posisi pemuda asal Bandung ini adalah supervisor di bagian High Pressure Acid Leaching (HPAL). Tugasnya adalah mengawal proses teknologi ekstraksi nikel yang menjadi bahan utama baterai mobil listrik.

Ia juga menjadi mentor bagi operator lokal, melatih mereka agar kelak bisa mengambil alih kendali dari para tenaga asing. “Saya ingin karyawan Indonesia punya kompetensi yang cukup di bidang ini,” ucapnya penuh tekad.

Pelajaran dari Perusahaan Tiongkok

Bekerja di perusahaan yang berafiliasi kuat dengan Tiongkok memberi Piyan pelajaran berharga tentang etos kerja yang tinggi. “Pace kerja mereka cepat, laporan detail, dan disiplin luar biasa,” tuturnya. Ia belajar arti ketepatan waktu dan tanggung jawab. “Telat briefing sedikit saja ada sanksinya. Tidak boleh main HP saat jam kerja. Semua harus fokus,” katanya.

Meski sistem di sana cenderung top-down, Piyan melihat sisi positifnya. Kerja menjadi terarah, target tercapai, dan kedisiplinan menjadi budaya. Dari sinilah ia menempa karakter profesionalnya yaitu tegas, presisi, dan pantang menyerah.

Mimpi Masa Depan

Dengan teknologi seperti HPAL, nikel laterit dari tanah Sulawesi bisa diolah menjadi nikel sulfat yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik. Proses produksi hingga menjadi bahan setengah jadi ini adalah tanda penting bagaimana Indonesia mengelola dan menatap masa depannya di bidang tambang.

Suatu hari, ia bermimpi melanjutkan studi S3 di bidang material lanjutan, lalu kembali untuk mengajar. “Saya ingin membagikan ilmu yang saya dapat, baik dari kampus maupun industri,” katanya.



Post a Comment

0Comments

Berkomentarlah dengan bijak, bagi yang memberikan link aktif akan langsung hapus. Terima Kasih

Post a Comment (0)