Kepulan asap dari didihan air kaldu mengayun sampai jauh, memabarkan setiap langkah yang mendekat. Rempah-rempah yang khas berpadu dengan rasa ingin tahu, membuat siapa saja akan datang untuk segera mencicipi. Meskipun tampak biasa, keindahan dari setiap susunan bumbu yang terpadu membuat siapa pun tetap maju dan bersiap untuk dijamu. Bulatan-bulatan kecil berpadu dalam hangatnya kuah unik, menjadikannya rasa yang luar biasa dari sebuah pengalaman nyata.
Berada di pinggiran ruang hijau yang tampak indah dari kejauhan, akan membuat setiap mata yang menyapanya terpukau oleh keindahan rona. Ilusi ini mungkin hanya mimpi, namun nyatanya ia hanya berusaha fokus pada realitas yang seharusnya ada untuk selalu dijaga, diam untuk selalu berbenah, dan berserah menantikan arah. Di dalam lubuk hati, tersimpan banyak rindu tanpa makna yang selalu menjadi rintangan yang diramu dalam kesendirian, tapi tidak sepi, hanya saja melekat di dasar hati.
Hujan sejati adalah peristiwa yang langka, sering kali disimulasikan sebagai pertunjukan visual untuk turis virtual. Makanan sebagian besar disajikan melalui tatanan gizi, menjanjikan efisiensi protein yang diperlukan rasa. Namun dalam rumahnya yang berdiri kokoh, di tengah kebun warga, menjaga tradisi lama, beraroma dan sangat spesifik adalah pilihan yang menjadi pelabuhannya. Sup Kacang Undis.
Kacang Undis bukan hanya sekadar nutrisi. Ia memiliki cita rasa khas yang membedakannya dari semua kacang-kacangan lain yang kini mudah direplikasi dan ada dalam daftar garis dimana-mana. Cita rasa ini menolak untuk diuraikan, sebuah kenikmatan terikat yang erat pada tanah tempatnya bertumbuh. Keunikan Undis adalah salah satu perlawanan halus terhadap barisan seragam, ia memiliki rasa dan tekstur yang membaur menjadi kesempurnaan yang tenang.
Sedikit menoleh ke belakang, barangkali proses tumbuh merupakan elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Ditanam sejak biji, kemudian tumbuh menjadi selembar kecil yang mepesona. Mejejal setiap rintik dan terik dalam hitungan hari yang berpusat dengan waktu sebagai penentunya, ia tak lekang tapi jauh dari kekal. Berkembang menjadi barisan hamparan lembut daun sage yang menyejukkan mata. Dengan kiatan kerutan kecil di tubuh yang digemari serangga pemangsa. Ia tetap kokoh, selamat, ia membawa sentuhan fajar yang dikatkuti menjadi terik gemilang yang sulit hilang. Memberikan jenjang matang di dalam masing-masing irisan batang, yang pada akhirnya akan kembali lagi pada proses awal untuk terntantang.
Dapur yang menggunakan api dan panas nyata adalah tempat dimana semuanya dipersiapkan. Sup Kacang Undis memang bukan menu wajib yang menjadi andalan setiap hari, tetapi pesonanya membuat kacang ini menjadi primadona yang sering menjadi pilihan untuk dimasak. Disamping itu, bibitnya yang kuno justru banyak tumbuh di kebun-kebun warga sekitar. Ini adalah pengakuan akan keberlimpahan, sebuah memori dari era ketika penghasilan masih menyatu dengan tanah.
Meski setiap waktu telah dilalui, pikirannya tetap kembali kepada rasa yang paling ia dambakan. Ia tahu, ada satu elemen rasa yang sampai saat ini belum bisa direplikasi. Sebuah bumbu yang sederhana dari bentuk yang sederhana pula, namun membuat siapa saja yang menyapanya akan singgah berulang kali, bumbu embe. Campuran khas yang pekat itu, membuat paduan dengan kuah hitam undis menciptakan harmoni rasa yang luar biasa. Itu adalah pilihan wajib, sebuah penanda identitas rasa yang menolak untuk dilebur ke dalam bumbu-bumbu generik yang sudah bertransformasi setiap harinya.
Proses memasak Undis sendiri adalah sebuah media tekstur, dimana pertarungan sabar melawan menit yang telah menjadi langka pada kecepatan cahaya. Kacang Undis terbagi menjadi dua, yaitu tua dan muda. Yang muda sangat mudah untuk dikupas atau dimasak langsung dengan kulitnya, lebih cepat dan semangat. Sedangkan Undis yang sudah tua adalah kacang yang sengaja dikeringkan, biasanya diperuntukan sebagai stok pengobat rindu ketika musim tidak bertemu dan bertahan di luar musim itu sendiri. Ini merupakan tantangan sejati, dimana ketabahan hati harus selalu siap untuk membenahi.
Perubahan tekstur kacang yang kering menjadi lembek memerlukan waktu yang lama. Ini merupakan salah satu terapi kesabaran yang berlawanan dengan budaya instan masa kini yang senantiasa mengelilingi. Dimulai dengan merendam, merebus, kemudian membiarkan waktu bekerja, menyaksikannya melepaskan kekerasan yang melingkupi.
Dalam kondisi tumbuh bersama sunyi yang senantiasa menjaga, apa yang dianggap rumah justru terasa seperti jeda kursi yang penuh kenangan. Dibesarkan oleh waktu dan menantikan setiap kepulangan dengan kerinduan. Hidup dengan sederhana bersama ia yang telah lama mengasihi. Sederhana saja, hanya perlu menjalankan kewajiban masing-masing lalu kembali sebagai bentuk sadar diri, karena meskipun sepi ia tetap tidak sendiri. Memasak dengan mandiri, mempertahankan sebuah ikatan emosional yang terjalin melalui uap panas. Walaupun saat yang dinanti jarang menghampiri, memasak adalah cara berdialog bersama hangatnya di sisi tungku api.
Kacang-kacang Undis mulai mencapai kelembutan yang pas, perubahan besar dalam kuah keruh mencapai fase maksimalnya, berubah menjadi hitam pekat, bumbu embe dimasukkan. Kuah hitam menjadi sebuah warna misterius yang terus memanggil. Ia bukan saja sekedar air mendidih, melainkan cairan memori. Refleksi dari tanah basah yang memberinya hidup, cerminan dari langit kelabu yang didambakan. Uapnya yang mengepul mengandung janji kehangatan yang jujur dan tulus.
Saat dimana kuah hitam mulai mendidih perlahan. Inilah bagian yang paling istimewa, saat masih hangat, semua kelazatan membaur didalamnya. Terserah dengan rempah dan bumbunya, kuah panas itu tetaplah nikmat. Sifat dasar kehangatan, ia menyembuhkan tanpa perlu penyesuaian yang rumit.
Ia adalah cahaya terakhir yang tersisa dengan rasa khas nya yang menjadi perlawanan lembut terhadap dunia yang menuntut kecepatan. Menikmati kuahnya saat masih panas adalah sensasi kembali ke masa lalu, masa ketika kesederhanaan adalah kekayaan dan makanan menjadi suatu proses panjang yang penuh rasa hormat. Kehadirannya membawa saat penting yang tidak bisa dilepaskan. Selalu sama, selalu terulang dalam imajinasinya, rautnya terstruktur, selalu menjadi sebuah meditasi kebahagiaan yang tidak pernah luput, apalagi saat dinginnya hujan menghampiri.
Simulasi hujan terdekat terus dicari untuk mendapatkan suasana yang sempurna itu. Sensasi yang didapat adalah perpaduan yang sempurna antara keheningan internal melawan dinginnya cuaca luar adalah inti dari kenikmatan Sup Kacang Undis. Hidangan yang selalu cocok dengan segala jenis lauk, tentunya ada satu syarat mutlak yang tidak bisa ditinggalkan dan harus selalu terpenuhi lebih dari apapun, nasi.
Menyendok kuah, lalu seruput. Bukan hanya sekedar menikmati hidangan pelengkap, melainkan hidangan utama yang penuh dengan kharisma emosional. Ia tidak memerlukan sesuatu yang mewah untuk melengkapinya, atau bahkan hidangan jenis lain sebagai pendamping. Kuah hitam pekat dalam keadaan hangat dipadukan dengan nasi saja sudah sempurna. Itu adalah kesederhanaan mendalam apalagi untuk orang Indonesia, makanan harus memiliki nasi sebagai pelengkapnya.
Sup Undis bukanlah hidangan yang bisa dinikmati setiap hari dalam setahun, melainkan hanya 6 bulan sekali. Namun jika para pecintanya berinisiatif untuk membuat stok maka kemungkinan besar hal itu dapat diwujudkan. Di sinilah letak keunikan dari hidangan ini, ia terbatas pada musim tapi selalu menarik si setiap musim. Faktor musimlah yang membuatnya menjadi pilihan yang sangat baik sehingga membuatnya terasa seperti sebuah event yang dinanti-nantikan. Undis menjadi penanda musim, sebuah jam alamiah yang hilang dari ruang terpusat. Keterbatasan membuat nilainya meningkat, karena di masa semua makanan tersedia, kehadirannya justru menjadi kemewahan yang senantiasa selalu ditunggu.
Sekali lagi, kehangatan kuah hitam yang menyebar di dalam dada saat dinikmati, mengusir kejenuhan dan kekosongan yang sering dirasakan. Sebuah keunikan rasa yang harus dirasakan semua orang. Bukan hanya sebagai pengantar rasa nikmat saat hujan datang, ia menawarkan koneksi, menawarkan rasa yang dihasilkan dari proses yang lambat, tanah nyata dan kesabaran.
Muda adalah masa dimana kita harus mulai belajar, tidak serta merta kepada hal baru tetapi juga bagaimana memegang erat tradisi dapur. Sebuah bhakti yang akan menjad ciri, bahwa sejatinya kesederhanaan adalah kunci pelestarian yang harus selalu terpenuhi walaupun tanpa gelar. Di dunia yang melupakan cara menunggu dan menikmati proses, ia adalah penjaga api dapur yang menolak untuk padam meskipun harus melewati setiap musim yang bisa saja redam.
Kesunyian bukanlah halangan untuk mengerti setiap proses yang harus dilalui. Kita bisa memulainya dari yang kecil, belajar perlahan-lahan meskipun tidak menjamin menjadi seorang ahli. Dengan selalu mengasihi, kesunyian bukan lagi alasan untuk pergi melainkan dimana keputusan dibawa untuk bisa berdiri sendiri. Penantian akan menjadi berat jika tidak diimbangi dengan usaha dan ketekukan, bagian terbaiknya adalah di sana kita dapat menjadi diri sendiri tanpa harus menghakimi. Sediakan semua barulah nanti menikmati hasilnya. Musim juga bukan halangan, cukup buktikan seberapa banyak lembar tanggal yang kusut karena kerutan pergantian keberhasilan daripada menuntut cela dari penantian diam dalam kesunyian.
Barangkali, semangkok kehangatan kuah hitam ini adalah janji dimana setiap transformasi masa depan masih memiliki ruang untuk cita rasa yang khas. Masih ada ruang untuk terus memasak meskipun memerlukan waktu yang lambat, ada kenikmatan yang memerlukan waktu untuk dinikmati dengan penuh kehangatan walaupun harus menunggu musimnya. Ada janji rasa yang harus ditepati dalam setiap bagian intuisi, menunggu kedatangan mereka untuk pulang dan menjadikannya tetap istimewa tanpa rasa kecewa. Bersama yang terkasih menjadi keuntungan lebih, merawat ia yang ringkih tanpa pamrih. Tidak perlu berlayar jauh untuk mendapatkan ikan, tidak perlu menyusuri kota untuk mendapatkan kebaikan. Semua bisa diciptakan dan selalu diusahakan, tidak tergantung kepada siapa ia akan mengikhlaskan. Percayalah kenyataan akan membawa semua hal baik tanpa harus menentukan kesabaran, karena semua yang dituju merupakan hasil dari apa yang akan dan telah diusahakan.
Pada titik terakhir ini, kebebasan silih berganti. Sisilah rindu akan selalu menghampirinya, guratan layu akan tetap setia di sisi, kesedihan mungkin tak luput pada rupanya. Tapi percayalah, ia yang perlu ditunggu juga perlu usaha untuk didapatkan. Selayaknya kehangatan salam kepulan asap dari kuah hitam pekat itu.
Berkomentarlah dengan bijak, bagi yang memberikan link aktif akan langsung hapus. Terima Kasih