6 Fakta Penting Pneumonia pada Anak dan Pencegahan by Dokter

Erlita Irmania
0

Penyebab Utama Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi pada jaringan paru-paru yang paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Dalam paparannya, dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K) menjelaskan bahwa bakteri tersebut menjadi penyebab utama pneumonia bakterial pada anak.

Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling sering pneumonia bakterial pada anak-anak, dan infeksi ini bisa menyebabkan komplikasi berat seperti meningitis dan sepsis,” ujar dr. Wahyuni dalam sesi presentasinya.

Sementara itu, dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A menambahkan bahwa pneumonia juga dapat disebabkan oleh bakteri lain seperti Haemophilus influenzae tipe B, serta oleh infeksi virus dan jamur. Namun, Streptococcus pneumoniae tetap menjadi yang paling berisiko pada anak dengan daya tahan tubuh belum optimal.

“Bakteri hidup normal di hidung dan tenggorokan bayi dan balita. Biasanya tanpa gejala, tapi bisa berkembang menjadi penyakit bila sistem imun tubuh tidak optimal,” jelas dr. Kanya.

Pneumonia dapat menyerang semua kelompok usia, tetapi kasus berat paling sering ditemukan pada bayi dan balita. Maka dari itu, kedua dokter menekankan pentingnya upaya pencegahan melalui imunisasi dan deteksi dini pada anak.

Gejala Pneumonia Sering Disangka Batuk Pilek Biasa

Pneumonia kerap sulit dikenali pada tahap awal karena gejalanya mirip dengan infeksi saluran napas biasa. Menurut dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, tanda-tanda pneumonia pada anak meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, dan nafsu makan menurun.

“Banyak orangtua mengira anaknya hanya terkena batuk pilek, padahal napas cepat, tarikan dinding dada, atau cuping hidung yang kembang kempis bisa menjadi tanda pneumonia berat,” ujar dr. Kanya.

dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), menambahkan bahwa anak yang mengalami napas cepat disertai suara grok-grok atau mengi perlu segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan. Deteksi dini membantu mencegah komplikasi seperti gagal napas atau infeksi yang menyebar ke organ lain.

Faktor Risiko Terbesar Pneumonia pada Anak

Beberapa kondisi diketahui meningkatkan risiko anak terkena pneumonia. Berdasarkan penjelasan dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), faktor yang paling berpengaruh adalah gizi buruk, polusi udara, serta paparan asap rokok di lingkungan rumah.

“Sekitar 63% kasus pneumonia pada anak berhubungan dengan gizi buruk, disusul polusi udara dalam ruangan sebesar 17% dan paparan asap rokok 15%,” ujar dr. Wahyuni.

Kekurangan gizi membuat daya tahan tubuh anak menurun sehingga lebih mudah terinfeksi bakteri penyebab pneumonia. Paparan asap rokok juga meningkatkan risiko gangguan pernapasan karena mengiritasi saluran napas anak.

Selain itu, lingkungan padat penduduk dengan sirkulasi udara buruk turut memperbesar peluang penularan infeksi saluran pernapasan, terutama pada balita. Karena itu, pemenuhan gizi seimbang, kebersihan udara di rumah, dan kebiasaan tidak merokok di dekat anak menjadi bagian penting dari pencegahan pneumonia.

Vaksinasi PCV Jadi Perlindungan Paling Efektif

Vaksinasi menjadi langkah paling efektif untuk mencegah pneumonia pada anak. Menurut dr. Wahyuni Indrawati, Sp.A(K), vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) mampu melindungi anak dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae yang menjadi penyebab utama penyakit ini.

“Vaksinasi pneumokokus dapat membantu melindungi dari infeksi bakteri streptokokus yang dapat menyebabkan pneumonia dan penyakit pneumokokus lain seperti meningitis atau sepsis,” ujar dr. Wahyuni.

Vaksin PCV telah direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan, WHO, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai bagian dari imunisasi dasar anak. dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, menjelaskan bahwa vaksin ini diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan dosis penguat (booster) pada usia 12 hingga 15 bulan sesuai rekomendasi jadwal imunisasi IDAI 2024.

“Pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi. Itulah sebabnya vaksin PCV menjadi bagian penting dari program imunisasi untuk anak-anak hingga lansia,” jelas dr. Kanya.

Selain vaksin PCV, pemberian vaksin influenza juga dianjurkan untuk membantu mencegah pneumonia akibat komplikasi infeksi virus.

Pencegahan Pneumonia Dimulai dari Rumah

Selain melalui vaksinasi, pneumonia dapat dicegah dengan penerapan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah. Berdasarkan rekomendasi WHO, CDC, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, langkah-langkah pencegahan pneumonia meliputi:

  • Melengkapi imunisasi anak, termasuk vaksin pneumokokus (PCV) dan vaksin influenza.
  • Mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir.
  • Menjaga nutrisi seimbang dan memastikan anak mendapat asupan gizi yang cukup.
  • Membersihkan dan mendisinfeksi permukaan benda yang sering disentuh anak.
  • Menghindari paparan asap rokok atau berhenti merokok di dalam rumah.
  • Menjaga jarak dari orang yang sedang sakit, terutama dengan gejala infeksi saluran pernapasan.
  • Menerapkan gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, istirahat cukup, dan menjaga berat badan ideal.
  • Merawat kondisi medis yang sudah ada, seperti asma atau penyakit jantung, agar tidak memperparah risiko infeksi.

“Mencegah pneumonia dapat dimulai dari hal sederhana seperti mencuci tangan, menjaga nutrisi, dan menghindari asap rokok. Semua ini membantu menekan risiko penularan infeksi saluran napas pada anak,” ujar dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A.

Edukasi dan Kesadaran Orangtua Jadi Kunci

Kesadaran orangtua menjadi faktor penting dalam menurunkan angka pneumonia pada anak. Menurut dr. Amrilmaen Badawi, MBiomedSc, Country Medical Lead MSD Indonesia, pengetahuan yang cukup dapat membantu keluarga melakukan pencegahan sejak dini.

“Pencegahan pneumonia berawal dari pengetahuan yang benar. Saat orangtua memahami langkah pencegahan yang tepat, mereka menjadi pahlawan kesehatan bagi anak-anaknya,” ujar dr. Amrilmaen.

Melalui kegiatan edukasi seperti Media Session World Pneumonia Day 2025, para ahli berharap semakin banyak orangtua memahami pentingnya imunisasi lengkap, menjaga lingkungan sehat, serta mengenali tanda bahaya pneumonia lebih cepat. Upaya kolaborasi lintas sektor juga diharapkan dapat memperkuat pencegahan penyakit ini di tingkat keluarga dan masyarakat.

Post a Comment

0Comments

Berkomentarlah dengan bijak, bagi yang memberikan link aktif akan langsung hapus. Terima Kasih

Post a Comment (0)